Saturday, May 25, 2013

G'Day from Sydney!

Setelah penantian yang cukup panjang dari membeli tiket (Sekitar bulan Agustus 2012) sampai dengan hari keberangkatan, dan melewati drama personil berguguran, drama salah beli tiket pesawat, dan drama pembuatan visa, akhirnya saya dan Nana NJ, one of my loyal travel mate (hihihi :p), berduaan aja berangkat ke Australia. Kali ini ga pake budget airlines loh kita, tapi pake Garuda Indonesia. Langka banget kaaan...tapi tetep ya, promo! 4,4 juta aja PP. Iya PP! Garuda pula! Canggih kan?? Awalnya iseng browsing-browsing ke Jepang pake Wego.com. Ga nemu yang murah, trus ganti tujuan ke NZ, ga nemu juga yang murah, akhirnya coba-coba ke Sydney, dengan tujuan nanti cari promo dari Sydney ke Christchurch (tetep ya! edisi mengejar impian ke New Zealand). Berhubung ga nemu tiket promo ke NZ, diputuskan untuk menjelajah Sydney dan Melbourne aja. Agak maksain sih nguber ke-2 kota dengan waktu sekitar 5 hari 4 malam, jadi ittinerary dibuat seapik mungkin biar trip termahal kita sepanjang sejarah ini efektif dan efisien.

Menjelang seminggu sebelum keberangkatan, saya baru sadar kalo saya salah beli tiket pesawat Melbourne ke Sydney! harusnya tanggal 12 May, eh di ittinerary tiketnya malah tanggal 11 May. Stupid me, akhirnya dengan terpaksa saya beli lagi, untung harga tiketnya Rp.800k aja. Dan untungnya lagi, 3 jam setelah ngeh salah tanggal beli tiket, saya dapet rejeki senilai harga tiket pesawatnya! Oo I love You, Lord!

Kita berangkat tanggal 7 May sekitar jam 11 malam dan tiba di Sydney Airport jam 9.30 keesokan paginya.
Sepanjang perjalanan cuma tidur, makan dan tidur lagi. Setibanya di Sydney Airport, gak susah untuk cari Airport Link Station untuk menju Central, plang petunjuk-nya cukup jelas, dari pintu keluar kedatangan, kita harus turun kebawah untuk menuju Airport Link station ini, beli tiketnya di loket seharga AUD 16, dan waktu tunggu keretanya juga gak lama.

Oiya di bagian custom, entah kita yang hoki atau gimana, tapi semua berjalan lancar, gak begitu di-cek detail seperti cerita-cerita yang beredar. Tapi memang pas kita lewat, ada 1 orang yang  kopernya sampe dibongkar pakai obeng sama petugas. Ngeri yaa..


8 May 2013 Day #1 Sydney
Bounce Hotel - Paddys Market - QVB - Cirqular Quay - The Rocks - Botanical Garden - Opera House - Darling Harbour


Selama di Sydney kita menginap di Bounce Hotel yang letaknya di Chalmers Street, persis di sebelah Central Station. Menurut saya lokasi hotel ini super strategis! Begitu turun dari Airport Link, udara mint autumn-nya baru bener-bener terasa di kulit. Dinginnya sejuk menghanyutkan dan tergolong acceptable-lah untuk orang-rang tropis macam kita. Dari platform tempat kita turun, sebenernya Hotel Bounce udah keliatan lho! Tinggal ikutin aja petunjuk Exit Chalmers Street, jalan kaki sekitar 3 menit, sampe deh! Hotel ini dipilih karena emang letaknya yang super duper deket dari Central, mengingat kita akan cukup rajin ke Central Station untuk pergi kemana-mana selama di Sydney dan ditambah review hotel ini yang rata-rata ngasih nilai 90% ke atas. Secara harga sih yaa lumayan lah yaa AUD 35 per orang per malam untuk female dorm isi 8 bunkbed. Beruntungnya, kamar kita di-upgrade jadi female dorm isi 4 bunkbed dengan private bathroom tanpa ada tambahan biaya. Lucky us!

Bounce Hotel




Waktu kita sampe Bounce, karena kepagian dari waktu check-in, koper-koper kita titipin di storage room sementara kita numpang mandi dulu sebelum mulai menjelajah Sydney. Kamar mandi-nya enak, bersih banget, dan wangi. Very recommended. Sehabis mandi, kita langsung jalan menuju Central Station, untuk berburu free shuttle bus 555 berwarna hijau di depan Central Station untuk menuju Paddys Market, turunnya di Halte China Town. FYI, bus 555 ini free, jalurnya mengelilingi Sydney CBD, jadi dengan naik ini, lumayan banget bisa ke beberapa destinasi wajib di Sydney tanpa harus ngeluarin ongkos. Map rute free shuttle bus 555, bisa dilihat disini.

Paddys Market






Bagi yang mau beli oleh-oleh kayak kaos, pajangan, gantungan kunci, dll, konon katanya Paddys ini yang paling favorit. Harganya terjangkau, tapi jangan ngarep barang-barangnya buatan Australia ya, mostly brang-barang disini dari Cina. Karena kita ga ada niatan untuk shopping sedikitpun, kunjungan ke Paddys Market ga dibuat lama-lama. Cuma ngelilingin 2-3 blok doang, abis itu langsung lanjut lagi naik free shuttle bus 555 lagi menuju QVB. QVB, atau yang kepanjangannya Queen Victoria Building masih berada pada 1 garis jalan yang sama dengan Paddys Market, yaitu George St. QVB ini adalah mal yang berinterior ala romanian jadi terkesan mewah, well emang high class mall sih itungannya, karena barang-barang yang dijual disini super branded macam LV, Hermes, dan kawan-kawan.

QVB






Dari QVB kita menuju Cirqular Quay, masih menggunakan free shuttle bus 555. Turun di halte Wynyard, dan jalan kaki sedikit sampe ke Cirqular Quay, sebenernya bisa aja langsung turun di halte Cirqular Quay, cuma waktu itu sengaja turun di Wynyard karena mau ngerasain jalan kaki di city, sambil randomly berhenti di depan cafe atau city park, buat nyuri-nyuri koneksi WiFi yang open. Hihihi, maklum fakir WiFi. Habis kalo beli SIM Card sayang banget bisa habis AUD 40 sendiri.

Karena cuacanya minty-minty wonderland gimana gitu, sebelum menjelajah The Rocks kita mampir untuk duduk-duduk sebentar sambil menikmati siang yang sejuk dengan view Opera House di depan Museum of Contemporary Art. Dan lagi si NJ terserang penyakit boyo'an. What the heck is boyo'an saya juga ga ngerti, dia selalu minta istirahat dan bilang "bentar mit, pinggang gw boyo'an nih, duduk dulu yuk" padahal jalannya juga belum nyampe 1 km kali. Mungkin maksudnya kayak encok gitu kali ya?

Selama ngelilingin The Rocks juga gitu, si NJ minta istirahat melulu. Katanya pinggangnya bengkak. Alamak! Beberapa kali dia saya suruh duduk aja, sementara saya keluar masuk museum dan bangunan tua. Anyway, The Rocks ini seperti komplek old town di Sydney, mungkin kalau di Jakarta seperti Kota Tua-nya. Banyak bangunan-bangunan bersejarah disini, dari mulai Cadman's Cottage (bangunan residential tertua di the Rocks), Susannah Place Museum, The Rocks Discovery Museum, Garrison Church, dan lain-lain. Satu hal yang saya lupa banget untuk dilakukan disini, nyobain Pancake The Rocks! yang tersohor itu. Arghh, nyeselnya sampe sekarang.

The Rocks


  






Dari The Rocks kita jalan kaki ke Opera House melewati Royal Botanical Garden. Sumpah ya, dengan udara sesejuk itu ngeliat hamparan rumput hijau segar bikin pengen guling-guling malas di atas rumputnya seharian. Apalagi ditambah view Opera House dan Harbour Bridge yang sedap dipandang. Ahhhhh! kenapa sih di Jakarta gak ada beginian?? Berhubung penyakit boyo'an-nya NJ kambuh, jadi kita beneran nggelosor-nggelosor santai di rumput. Very comfortable indeed! If I had more days, I would spend the whole day just sitting and laying there, doing nothing.

Karena merasa tanggung, sehabis guling-guling di rumput, kita melanjutkan jalan kaki menuju Mrs Macquire Chair. Begitu tau letak Mrs Macquaire chair ini masih sekitar 7 km jalan kaki, NJ langsung nyerah dan memilih duduk (lagi) tapi kali ini di bench dibawah pohon maple. Berhubung saya orangnya ogah rugi, saya memutuskan untuk jalan sendiri menuju Mrs Macquaire Chair. Gapapa saya bela-belain jalan kaki segitu jauhnya saking banyaknya yang rekomendasiin kalo view dari mrs Macquaire Chair adalah view terbaik untuk ngeliat Opera House dan Harbour Bridge dalam 1 frame.

Pas balik ke tempat NJ tadi duduk, orangnya lenyap aja gitu ga ada di bench. Nah lho. Mana tas saya beserta isi-isinya ada di dia. Eh ternyata agak deketan dikit, keliatan orangnya lagi nggelosor di rumput dengan muka abis bangun tidur. Hahaha, sempet-sempetnya yaa ni orang tidur. Ternyata dia bilang saya menghilang ke Mrs Macquaire Chair itu selama sejam. Wow! pantesan balik-balik kaki agak berat, ternyata saya jalan kaki selama itu, hihihi. Karena matahari udah mulai turun, kita segera beranjak ke Cirqular Quay untuk naik kapal ke Darling Harbour. Schedule kita berikutnya adalah menyaksikan sunset di Darling Harbour. Harga tiket kapalnya AUD 7, dan sesuai dengan yang disarankan travel blogger - travel blogger lain, kita pilih untuk duduk di bagian belakang kapal, bisar bisa foto dengan background Harbour Bridge yang waktu itu udah menyala terang karena hari sudah mulai gelap. Dinginnyaaaa...brrrrr!

Opera House & Royal Botanical Garden





Sayangnya kita ketinggalan untuk nonton sunset di Darling Harbour, pas sampe sana langit udah gelap banget. Dan (lagi-lagi) karena penyakit boyo'an-nya NJ tampak sudah semakin parah, akhirnya kita memutuskan untuk balik ke hostel. Untungnya begitu tanya-tanya ke orang, semua bus yang lewat Darling Harbour pasti akan lewatin Central Station. Thank God jadi gak perlu repot-repot turun naik bus! Ongkosnya juga murah sekitar AUD 2 aja.


Ferry to Darling Habour




Lagi merenggangkan kaki di hostel, tiba-tiba ada cewek bule masuk kamar dan ngajakin kita join acara Bounce Night Out, jadi di hostel ini pada malam-malam tertentu emang ngadain hang out bareng seluruh tamu hostel di satu bar atau tempat minum tertentu. Seru ya? Sayangnya karena si NJ boyo'an kita terpaksa menolak ajakan ini.

Anyway, kita sekamar sama satu cewek asal Singapore, dia solo travel gitu, udah 7 hari di Australia dan akan pulang besok. Seru banget bisa share stories dan tips2 biar dapet best price buat ke Blue Mountain besok. Dia kaget begitu tau kita cuma 4 hari di Australia, kita jelasin aja kalau pegawai  di Indo jatah cutinya dikit, jadi musti di-irit-irit. Trus dia surprise gitu begitu tau kita udah kerja, dia kira kita masih anak SMA *tersipu-di-pojokan*. Lupa nama cewek ini siapa, chinese name, jadi susah diinget.

Sebelum tidur, saya dan NJ makan malam di bar sebelah hostel. Pesen chicken schnitzel, sharing, karena porsi makanan di Australia cukup besar untuk dimakan berdua. Si NJ balik duluan karena udah ga tahan sama penyakit boyo'nya itu, dia bilang sumber penyakit boyo'nya adalah karena dia belom BAB dari kemaren, jadi perut dan pinggangnya sakit. Emang bisa gitu ya? Alhasil dia cuman makan sedikit dan tinggalah saya menghabiskan si chicken schnitzel porsi besar sendirian. Pulangnya sempet mampir ke mini market beli susu dan roti untuk sarapan besok.


9 May 2013 Day #2 Sydney
Blue Mountain (Katoomba - Scenic World - Honeymoon Lookout - Echo Point - Leura)

Dapet info dari roommate kalau kita bisa sekalian beli paketan tiket Hop On Hop Off Blue Mountain Explorer Bus plus tiket kereta untuk ke Katoomba return seharga AUD 50. Dihitung-hitung lebih hemat AUD 4. Lumayan deh ya. Sebenernya kalau mau lebih murah lagi bisa pake Trolley Tours, sekitar AUD 25 kalo ga salah. Untuk titik-titik per-stop-nya sepertinya ga ada ada beda dengan Explorer Bus, bedanya cuma yang satu pake bus tingkat, yang satu pake bus mirip tram.

Perjalanan dari Central Station ke Katoomba sekitar 2 jam, saya naik kereta yang pukul 07.00 pagi. Hampir aja terlambat, gara-gara di kamar diajakin ngobrol sama penghuni baru orang Tasmania, dia promo kalo Tasmania itu secantik NZ, dan kita harus cobain kesana, bla bla bla. Begitu liat jam, 5 menit lagi menuju pukul 7, saya dan NJ langsung pamit berangkat karena jadwal kereta kita adalah 7 lewat 5. Kyaaa! Untungnya Central Station tinggal lompat aja dari hostel, jadi kita sukses ngejar kereta yang jam 7. Sepanjang perjalanan mata dimanjakan oleh view perbukitan dan perumahan suburb yang dihiasi kabut tebal, sementara telinga dimanjakan lagu-lagu Jason Mraz dari iPod. Ahh love the moment!

On the Train Sydney - Katoomba


 



Pas turun dari kereta, baru kerasa udara dinginnya menusuk hingga ke tulang. Maklum sih ya namanya juga di gunung. Keluar dari stasiun, langsung ketemu sama kantornya Explorer Bus, disitu kita nukerin tiket yang tadi dibeli di Central Station plus kita juga sekalian beli tiket Scenic World dengan tambahan AUD 39, udah termasuk Scenic Railway, Scenic Skyway, Scenic Cableway dan tentunya Scenic Walkaway lah ya. Disitu kita dibekalin timetable dan map Blue Mountain. Total spot yang bisa di explore di Blue Mountain ini ada 29.  Dari awal kita memang harus udah browsing dan menentukan spot mana aja yang mau kita kunjungin. Karena jujur aja mustahil untuk ngunjungin seluruh ke-29 spot dalam 1 hari. 

Katoomba






Bus mulai berangkat jam 09.45, bagi yang punya tiket Scenic World dianjurkan untuk langsung mengunjungi tempat ini pagi-pagi, karena semakin sore akan semakin ramai antrian. Jadilah kita turun di Stop no 9, untuk naik Scenic Skyway. Dari Scenic Skyway ini kita bisa menikmati view Katoomba Falls, Jamison Valley, dan The Three Sister dari ketinggian 270 meter, di dalam Scenic Skyway ada bagian yang lantainya terbuat dari kaca jadi kita bisa liat ke rainforest di bawah selama perjalanan. Sayang cuma sebentar banget, sebenernya sih kalau kita udah beli tiket Scenic ini kita bisa bolak-balik naik semua wahana sepuasnya, tapi hati-hati jangan sampe keasyikan bolak-balik naik Scenic-Scenic-an jadi keabisan waktu untuk mengunjungi spot lainnya.

Scenic Skyway


Sehabis turun dari Scenic Skyway, kita tiba di semacam stasiun-nya Scenic World. Didalamnya ada toko souvenir yang harus kita lewati kalau mau menuju ke gate wahana-wahana lain. Kali ini kita menuju ke gate Scenic Railway. Scenic Railway adalah  kereta yang akan membawa kita turun menuju dasar Jamison Valley dari ketinggian 310 meter dengan kemiringan 52 derajat. Bagian atas kereta ini terbuat dari kaca, jadi selama naik kereta ini kita bisa menikmati view Jamison Valley. Menurut saya, Scenic Railway ini lebih kerasa kemiringannya dibandingkan naik Peak Tram di Hong Kong. Ga perlu takut, karena kecepatan kereta ini ga kaya naik roller coaster kok. Walaupun agak ngeri waktu mulai turun karena dudukan kita terasa merosot saking miringnya, tapi seru dan wajib banget dicoba.

Scenic Railway




Begitu sampai di Jamison Valley, karena kita keasyikan foto-foto, akhirnya ketinggalan teman-teman rombongan di Scenic Railway tadi. Alhasil saya dan NJ ngeraba-raba aja jalan terus ngikutin papan petunjuk. Sampai ketemu persimpangan jalan, yang tulisannya sekian km lewat jalan ini, sekian km lewat jalan ini. Jelas saya pilih yang paling pendek dengan approximate waktu jalan kaki yang paling sedikit juga.

Dari awal perjalanaan, kita masih semangat naik turun tangga dan jalan setapak, tapi lama-kelamaan, mulai langkah mulai gontai. Dari yang setiap 10 menit sekali istirahat ,belakangan setiap 3 menit sekali istirahat. Saking capeknya nanjak. Kita bahkan nyempetin minum susu dan makan muffin hasil dari beli di mini market kemaren malem di tengah-tengah peristirahatan. Secara kita ga sempet sarapan pagi ini, kebayang dong betapa lapar dan capeknya. Saya juga ga ngerti kenapa jalan setapak ini gak ada ujungnya, kayaknya udah ngikutin yang paling pendek jalur trek-nya tapi kenapa ga sampe-sampe juga. Yang ada malah naik tangga terus, turun, naik lagi, turun lagi. Aih mati! Ketemu beberapa orang dari arah yang berlawanan dan beberapa kali juga kita nanya maih sejauh apa ujungnya, mereka bilang masih 30 menit perjalanan lagi. Wadehey!! Memang sih sepanjang perjalanan kita ngelewatin banyak banget spot lookout, lama-kelamaan semua spot look-out terasa sama aja, gak ada bedanya. saking di kepala isinya cuma pengen walkaway ini cepet-cepet berakhir.
Setelah hampir 2 jam, akhirnya kita sukses juga menemukan jalan keluar yang ternyata balik lagi ke Stasiun Scenic World. Setelah liat di peta, baru ngeh track yang naik-turun jalan setapak melewati tebing-tebing, air terjun, belasan look out spot ini bernama Furber Steps / Furber Stairs, dan memang di peta terlihat jelas kalau tracknya berbentuk tangga panjang berlika-liku dan berujung pada Scenic World. 

Scenic Walkaway



 

 


 


Begitulah kira-kira petualangan saya ber-Scenic Walkaway di hutan Jamison Valley. Luar biasa melelahkan, mana semakin siang semakin panas, walaupun saat itu itungannya masih tetep dingin sih secara di gunung ya kan, dan ketutupan pohon-pohon juga. Semakin siang kita juga merasa semakin salah kostum, orang-orang kebanyakan ga ada yang pakai coat lagi. Udah pada pake kutang, celana pendek, dan sepatu kets. Lah saya sama Nana pakainya coat, syal, celana panjang, dan boots. Jeng-jeng!

Sesampainya di Scenic World (lagi!) kita langsung menuju ke tempat pemberangkatan Scenic Cableway. Scenic Cableway ini hampir mirip dengan Scenic Skyway, bedanya gak ada glass floor untuk melihat kebawah, dan tracknya juga berbeda dengan Scenic Skyway. Tapi untuk view sih kurang lebih sama ya, kecuali bagian Katoomba Falls-nya yang tidak bisa terlihat ketika naik Scenic Cableway ini. Setelah sampai di tempat tempat pemberhentian tujuan, kita langsung antri lagi untuk naik Scenic Cableway ke arah kembali ke stasiun Scenic World. 

Scenic Cableway




Dari depan Scenic World kita naik Explorer Bus menuju spot berikutnya, yaitu Echo Point. Begitu sampai Echo Point, kita gak turun karena si supir bus menyarankan sebaiknya kita turun di Honeymoon Lookout, lalu kemudian jalan kaki melewati jalan setapak menuju ke Echo Point. Dia bilang, kita sangat dianjurkan untuk mengambil jalan setapak disini karena view-nya breathtaking banget.Yaudah kita pun percaya aja apa kata si supir, walaupun agak trauma denger kata jalan setapak, curiga jangan-jangan hampir-hampir mirip sama jalan setapak di Furber Steps. 

Honeymoon Lookout & Footpath to Echo Point




 

Ternyata pas dijalanin, beneran view-nya hampir sama kayak view selama di Furber Steps tadi, tapi yang ini track-nya gak se-hard di Furber Steps, jalanannya cenderung turun, gak naik. Selama kita melewati jalan setapak ini, ada jalan yang mengarah ke Giant Stairway menuju The Three Sister Footpath. Damn! pengen banget sebenernya kesini, tapi berhubung stamina udah low dan kita belum makan dari pagi, plus penyakit boyo'an-nya Nana yang tidak memungkinkan untuk dibawa sampai ke Three Sister Footpath, akhirnya kita memutuskan untuk cari makan dulu begitu sampe di Echo Point. 

Echo Point





Dari Echo Point kita bisa melihat The Three Sister dan hamparan hutan Jamison Valley. Best spot untuk foto menurut saya ya dari Echo Point ini karena background-nya luas banget. Dari Echo Point, tadinya kita berencana mampir ke Gordon Falls, tapi begitu di Explorer Bus, ketemu pasangan yang baru aja mengunjungi Gordon Falls dan mereka ga begitu menyarankan karena harus jalan cukup jauh untuk sampai ke air terjun-nya, dan air terjun-nya pun ternyata ga istimewa itu. Jadi akhirnya saya dan NJ memutuskan untuk langsung ke Leura Village, mengingat waktu juga sudah mulai sore.

Saya luar biasa excited setibanya di Leura Village, entah kenapa, mungkin suasananya kali ya. Autumn-nya kerasa banget disini, udaranya sejuk, dan banyak sekali pohon maple yang daun-nya sudah berwarna merah keunguan, ditambah rumah-rumah penduduk di sekeliling yang sangat lokal dan ornamen-nya lucu-lucu sekali. Aaaaaahh mau banget tinggal di Leura! Setiap liat pohon maple yang daunnya sudah banyak yang berguguran, bawaanya mau foto terus. Bagus banget, asli, suka banget!! Di Leura ini ada satu jalan semacam pusat kota-nya yang dipenuhi oleh pertokoan dan cafe yang lebih mirip seperti kota buatan seperti di buku-buku cerita. Ditambah lagi, disini kita ketemu beberapa penduduk lokal yang super ramah dan baik hati mau menawarkan diri untuk motoin kita. Hihihi.. makin jatuh cinta sama Leura dan makin pengen tinggal disini.  

Setelah sejam wara-wiri di Leura, kita naik Explorer Bus lagi untuk menuju Katoomba dan naik kereta kembali ke Sydney. Padahal sebenernya, untuk kembali ke Sydney, kita juga bisa naik kereta dari stasiun Leura, cuma karena waktu kita sampai di stasiun Leura, sepi banget kayak ga ada kehidupan, jadi kita memilih untuk naik dari stasiun Katoomba aja. Daripada ngambil resiko keretanya ga lewat di Leura ya kan? Belakangan waktu udah di kereta, baru deh tau kalo kereta yagn kita naikin juga berhenti di stasiun Leura dan ternyata banyak juga orang yang memang naik dari Leura. Haiss, tau gitu tadi naik dari Leura aja! Oh ya, tiket kereta NJ hilang, padahal kita udah beli return tiket pas beli di awal, jadi terpaksa dia beli lagi. #Note2self : Simpan baik-baik segala macam tiket di tas. Jangan simpan di kantong celana, rawan hilang. 

Leura Village


 


 




Sampai Central Station Sydney sekitar jam 7 malam dan kita langsung cari tempat makan. Tadinya maunya duduk-duduk asoy di Max Brenner, itu lho chocolate cafe nan hits asal Australia. Sempet beberapa kali nanya sama orang, dimanakah gerangan Max Brenner terdekat, tapi sepertinya belum jodoh karena Max  Brenner terdekat jaraknya cukup jauh, ga memungkinkan buat saya yang waktu itu lagi banjir-banjirnya hari pertama 'palang merah' dan NJ juga masih rewel sama boyo'nya yang ga sembuh-sembuh karena belom juga BAB. At the end kita cari restoran terdekat ke arah George Street, dan pilihan jatuh pada Thai Resto yang terlihat proper dari segi tempat maupun harga. Selesai makan malam, kita kembali pulang ke hostel karena besok subuh- subuh sekali sudah harus nangkring di bandara untuk terbang ke Melbourne.

Thai Dinner




3 comments:

  1. I'm about to stay at Bounce during my days in sydney. Baca ini jadi semakin yakin sama Bounce.
    love your story anyway. cheers!

    ReplyDelete
  2. Cewe2 pemberani.. mantap story nya. Salam

    ReplyDelete