Sunday, August 5, 2012

About Me


I was born in Balikpapan and lived in many different cities accross Indonesia. 
Till I finally settled down in Jakarta when I was in junior highschool.

I have mix-culture Indonesian blood as well. 
Say it with Bataknese from my dad, and Javanese from my mom.
Hometown? Kind of complicated.
But I can say Lampung and Palembang as my hometowns 
since my grandparents have lived there for years.

I found myself addicted to travel since I got my bachelor degree few years ago. 
I went to Bali and Karimun Jawa to celebrate my graduation and 
there's always the next-destination since then

I love making travel plans, visiting new places..
love to read travel stuff,
love to deal with any coincidence that happens when I travel (it keeps me learn!)
love adventure, not a hardcore kind of adventure, but a medium one (I suppose you understand)
and I love every single process to reach my next destination.

Yes, I'm that person who eager to have new experiences in life and 
fully excited to do my-first-time moment.

For the sake of living life to the fullest.

Tuesday, May 15, 2012

Short Trip - Bunaken

Kalo judulnya short trip dan tempatnya lumayan jauh dari Jakarta, biasanya saya dapet gratisan. Bersyukur juga punya kerjaan di m*d*a a*e*c*, lumayan sering dikasih jalan-jalan sama vendor kalau achieve billing commitment *nyengir-selebar-lebarnya*. Anyway, jatah plesiran tahun ini dirancang sekilat mungkin. Karena anak-anak se-tim pada bingung mau kemana lagi *cailah-gaya-bener!* Tempat wisata di Indonesia yang kira-kira masuk akal didatengin pas weekend doang tuh mana lagi. Tapi gak mau yang deket-deket juga berhubung ini trip gratisan, aji mumpung ogah rugi lah yah! Akhirnya si Adit yang punya ide untuk ke Bunaken, mata saya langsung membulat berbinar pertanda setuju. Dan, begitu kita bilang mau ke Bunaken, si vendor pun tanpa babibu langsung setuju yang akhirnya ditentukan minggu depan berangkat!

Excited sekali karena selama 24 tahun saya hidup, belum pernah menginjak yang namanya Sulawesi.
Dari kantor diutus 7 orang. 5 dari media dept (saya, Adit, Audi, Mas Ajo, dan Ludi) dan 2 dari finance dept (Ci Eli dan Rizal). 2 orang lagi dari vendor yang bertugas nemenin kita jalan-jalan (Mba Fitri dan Mela). Total 9 orang terbang ke Manado hari Jumat sore tanggal 11 Mei 2012.

Sampai di Manado sekitar jam 10 malam, dijemput dan di-guide dengan baik sekali oleh err...aduh maaf lupa namanya. Tapi yang pasti guide-nya ini laki' banget dan lumayan enak dipandang. Jadi bawaanya happy kalo dengerin dia cerita. Hehehe...
Walaupun anggota rombongan cuma 7 orang, tapi jangan salah, transportasi yang kita pakai adalah bus medium dengan 35 kursi. Lega banget! Salut deh buat servisnya.*selonjoran*

Day 1 - 11 Mei 2012
1st Dest - Kawasan Megamas
Kawasan Megamas ini kabarnya adalah kawasan gaul-nya Manado. Isinya cafe-cafe atau restoran baik untuk makan atau cuma sekedar nongkrong-nongkrong. Kita mampir ke kawasan ini untuk makan malam, dan pilihan jatuh ke The Club. Tidak seperti namanya, The Club ini lebih cenderung seperti kafe dan restoran dengan suasana remang remang, ada live music-nya, udaranya sedingin di puncak padahal ini pinggir pantai lho! Disini kita late dinner, makanannya lumayan enak dan pelayanannya juga cukup baik.

The Club - Megamas
           

Sehabis dari Megamas, kita langsung menuju hotel untuk istirahat, mengingat jam sudah sampai di sekitar angka dua belas. Waktunya men-charge badan biar besok tenaga full tank untuk  mengeksplore Manado lebih dalam lagi esok hari. Yeheeey!

Day2 - 12 Mei 2012
2nd Dest - Bunaken
Buat saya, bangun siang pas lagi jalan-jalan itu haram hukumnya. Jadi jangan heran kalau saya mencak mencak kalo ada anggota rombongan yang bangun siang. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Karena satu orang telat bangun, bisa bisa serombongan gagal jalan-jalan. Jam 7 pagi ini, sebagian besar rombongan udah siap nunggu di lobby hotel setelah sarapan, kecuali si Adit, Mas Ajo, dan Rizal gak yang ditungguin gak nongol-nongol juga batang hidungnya. Ya gak salah dong ya, kalo saya gedor-gedor kamar mereka dan ngomel-ngomel. Taunya masih pada molor aja loh. Akhirnya mereka bangun gak pake mandi langsung turun ke lobby. Hihihi..

Begitu sampai di dermaga penyebrangan, kita sudah disuguhi perahu kayu ukuran sedang yang tentu saja cukup lega untuk rombongan ber-9 ini. Penyebrangan ke Bunaken kira-kira menghabiskan waktu sekitar 30 menit. Sayangnya, kita tidak diperbolehkan dive disini, bukannya apa-apa tapi dari vendor-nya yang gak menyetujui dengan alasan keselamatan. Ya emang sih, dari kita semua gak ada yang bersertifikat. Ya sudahlah semoga puas hanya dengan snorkling yaaaa...

Oke, perlu dicatat, jangan berharap kalau Bunaken ini adalah pulau kecil yang masih alami, seperti pulau-pulau kecil berpasir putih di Kepulauan Seribu, Belitung, atau Karjaw. Yang diungguli dari Bunaken bukan pulaunya, melainkan taman lautnya. Yes, taman lautnya emang oke banget. Padahal saya cuman turun di satu spot, tapi katanya sih ini yang paling epic. Well, menurut saya yang bikin spot ini berbeda adalah, taman lautnya luas sekali dengan model bertebing-tebing. Ah! yang pasti lebih ciamik kalau dinikmati sambil diving, bisa turun ke tebing-tebing yang lebih dalam. Moral of the story guys, please visit Bunaken dengan perlengkapan diving, kalau snorkling doang sumpah deh 'kentang'. kena tanggung!
Maybe next time, awrite?

Anehnya, Bunaken kan bukan lagi tempat tujuan wisata baru di telinga orang Indonesia ya? masa' fasilitasnya masih aja minim. Gak nuntut fasilitas yang gimana-gimana juga sih, as simple as tempat bilas/mandi aja deh. Ya hastaga..bilik sedikit, air pun sulit. Kalo Belitung mah bisa dimaklumi, belum direvitalisasi sedemikian rupa karena tergolong tempat tujuan wisata yang namanya baru membumbung. Lha Bunaken? alhasil demi menghindari antrian di tempat pembilasan/pemandian umum, akhirnya kita direlokasi untuk mandi di penginapan orang. Hehehe.. 

Bunaken

 
 
 
 


Sehabis bilas-membilas, kita lunch masih di Bunaken. I guess, satu-satunya tempat makan/restoran di Bunaken ya itu doang, jadi pas makan siang, ramenya bukan main, tumpek blek. Makanan yang terlihat gak dimakan oleh rombongan kita, tiba-tiba aja raib diambil pelayan yang gak taunya dioper ke meja sebelah. Lah? Bisa gitu ya? dan gak heran kalau harganya ditembak mahal dengan kualitas asal goreng doang, bumbunya gak berasa. Selayaknya hukum permintaan, semakin sedikit penawaran dan semakin banyak permintaan berimbas pada harga yang mahal. Ya kan?

3rd Dest - Patung Yesus Memberkati
Setibanya kembali di dataran Manado, kita menuju patung Yesus Memberkati yang juga gak kalah epic. Kenapa? karena patung Yesus ini adalah patung Yesus raksasa terbesar ketiga di dunia, setelah di Rio De Janeiro dan di Polandia (CMIIW). Letak patung ini berada di perbukitan komplek perumahan Citraland Ciputra. Quiet impressed.

Patung Yesus Memberkati

4th Dest - Merciful Building
Ada apa di Merciful Building? Ada tempat oleh-oleh!! Berhubung ini adalah perjalanan yang disponsori dari rekanan kantor, tentunya membawa oleh-oleh untuk orang-orang kantor adalah wajib.

5th Dest - Pantai Malalayang
They said, this is the best place to have a beautiful sunset in Manado. Banyak kafe-kafe di sepanjang Pantai Malalayang ini, ritual menonton sunset di sini biasanya ditemani oleh kudapan khas Manado, yaitu pisang goreng dabu-dabu. Dari makan siang di Bunaken tadi, sebenernya kita udah dapat menu pisang goreng plus sambal, tapi gak ada yang mau nyentuh, karena still, aneh aja gitu makan pisang goreng kok pake sambel. Akhirnya waktu nongkrong santai di sambil nunggu sunset di pantai ini, karena pisang goreng itu adalah satu-satunya makanan yang disuguhkan, tangan ini gatel juga pengen nyobain. Eh ternyata...enak banget! Hahaha, ujung-ujungnya, kita malah pada rebutan. Pisangnya dan sambelnya itu rasanya cocok!

Setelah sunset berakhir, saya dan rombongan kembali ke hotel untuk bersih-bersih sebelum keluar lagi untuk makan malam. Rencananya makan malam hari ini mau di Raja Sate, tapi tampaknya ada miskoordinasi, karena restoran penuh banget dan meja kita belum di reserved, padahal seharusnya sudah. Akhirnya kita cari alternatif restoran di kawasan Megamas. Gak nyesel juga karena restoran seafood bernama Wahaha ini semua makanannya enak banget! rekomendid loh buat yang mau ke Manado. Nah, pas banget waktu selesai makan, saya berasa meja saya goyang-goyang, trus tiba-tiba si Ludi, yang waktu itu duduk sebelah saya nyolek dan nunjuk lampu di atas yang juga goyang-goyang. Kita semua diem, saling lirik dan bilang 'gempa ya??' Anehnya, gempa yang cukup lama dan cukup berasa itu gak bikin orang-orang di restoran panik, mereka tetap melanjutkan makan kayak gak ada apa-apa. Udah biasa kali ya? Sementara rombongan saya doang yang berisik parno dan buru-buru keluar restoran. Hihihi..

View at Malalayang

        



Day2 - 13 Mei 2012
6th Dest - Tomohon, Minahasa
Berhubung ini adalah hari terakhir, pagi-pagi, tanpa ada yang telat kita udah siap di lobby. Barang-barang juga udah diangkutin sekalian, karena selepas dari Tomohon-Minahasa, kita akan langsung ke bandara. 

Konon katanya Minahasa adalah kota penuh sejarah, hasil dari jajahan Belanda dulu masih cukup kental di Minahasa ini, karena masih ada penduduk yang fasih berbahasa Belanda, bahkan gereja yang berbahasa Belanda juga ada. Si guide sempat menceritakan kalau dulu pertanian rempah-rempah di Minahasa ini sangat berjaya, orang bisa kaya raya hanya dengan bertani rempah-rempah. Oya, di Minahasa ini juga bersemayam makan Tuanku Imam Bonjol lho.

Tomohon ini hanya sekitar 30 menit dari Manado, jalannya berlika-liku, dan udaranya juga sejuk. Entah kenapa, saya suka sekali dengan kota ini. Pas sekali dikunjungi waktu pagi. Kita mampir di Pagoda Ekayana, banyak patung dewa dewi disini, ada juga kuil Dewi Kwan Im. Kebetulan Audi berkeyakinan Buddha, jadi dia sekalian sembahyang deh. Di Pagoda ini juga ada uji lempar koin. Kalau koin bisa masuk lubang tengah replika koin di tengah kolam, katanya permintaan kita akan terkabul. Sayangnya, gak ada dari kita yang berhasil menjebol pertahanan replika koin yang berputar-putar di tengah kolam. 
Di pagoda ini kita juga bisa melihat Gunung Lokon dengan sangat jelas. Sebenernya gak ada yang spesial sama gunung ini, tapi lagi-lagi gak tau kenapa, kok jadi keliatan bagus banget ya? 

Pagoda Ekayana & Gunung Lokon

 


Dari Pagoda Ekayana, kita beranjak ke Danau Linow, danaunya cantik sekali, apalagi ditambah aksen kafe di pinggir danau, jadi tambah bikin melting. Serius deh, menghabiskan sepagian duduk-duduk di kafe di pinggir Danau Linow ini, beautiful moment banget! even though nothing special happened there, but...it felt so damn special. I just like to be there, really. :)

Danau Linow



Masih ada Bukit Kasih/Doa dan Danau Tondano yang bisa dikunjungi di Minahasa, sayang perjalanan kesana memakan waktu 2 jam yang mana gak mungkin dijabanin. Yah sudahlah, hanya sampai Danau Linow jejak kaki ini bisa menggapai *Tsaah* kita harus segera kembali ke Sam Ratulangi lalu terbang ke Jakarta.


Thank you Manado, you have my heart!

Friday, March 23, 2012

Thailand Trip - Phuket!

Sawadikap!! Selisih 5 bulan dari trip saya terakhir ke Bangkok, berhubung masih amazed dengan Thailand (as it's tagline - Amazing Thailand), saya dengan rombongan tukar tambah (NJ, monte, konyol, uwi, ucok, tissa, dan yones menjejakkan kaki lagi di negeri gajah ini. Bedanya, kali ini ke daerah pesisir Thailand yang tersohor itu, yeah, Phuket!

Menjelang keberangkatan, udah ada drama aja di airport. Begini kejadiannya :
Jam 17.00 : rombongan sudah lengkap berkumpul di terminal 3, bahkan kita sempat ngisi perut dulu di A&W.
Jam 17.30  : NJ mulai rewel nyuruh-nyuruh kita untuk segera masuk dan check in. Mengingat jadwal pesawat baru jam 18.45, jadi yang lain masih nanggepin santai dong..
Jam 17.40 : Mulai memasuki tempat pemeriksaan pertama, menuju counter check in. NJ dan Konyol masuk duluan. Gw, Monte, Tissa, dan Yones macet di petugas pintu masuk pertama karena si Tissa ternyata belum ngeprint tiket. Jadinya, nih anak agak ribet nyari nyari foto tiket dia di handphone-nya untuk ditunjukkin ke petugas.
Jam 17. 50 : Gw dan Monte bayar airport tax, Tissa dan Yones masukin bagasi di counter check in, Konyol dan NJ? sudah lenyap entah kemana.
Jam 17. 55 : Tissa panik karena ternyata...jadwal pesawat dia dengan jadwal pesawat saya ternyata beda! Jadwal pesawat Tissa, Yones, dan Konyol adalah 17.45. Sedangkan jadwal pesawat saya, Monte, dan NJ adalah 18.45.

Kok bisa? Saya juga bingung kenapa bisa. Hahaha kalo dipikir pikir ajaib juga sih. Semua tiket ini yang beli sebenernya si Tissa. Cuma gak tau deh tuh anak dari awal ngeh apa enggak kalo pesawat kita beda-beda jamnya, atau dia lupa? Masih misteri sampai saat ini karena orangnya belum jawab waktu gw tanya. Jadi, si Konyol yang tadi check in lebih awal dari kita masih sempet lari sekenceng kuda dan nerobos antrian imigrasi (canggih ya?) FYI, tangga naik sama pintu pesawatnya udah sempet pisah waktu dia nyampe. Dan satu lagi (off the record ya?) saking terbirit-biritnya dan karena habis makan juga, si Konyol sampe muntah-muntah sambil lari. Hahaha! Jadilah dia terbang duluan ke Sg. Nah, si Tissa sama Yones yang udah gak keburu buat melancarkan atraksi kayak Konyol akhirnya beli tiket lagi yang jamnya sama kayak saya, Monte, dan NJ. Untungnya (selalu masih ada untung ya!) harga tiketnya murah, cuma Rp.500.000! Ada-ada  aja gak sih!


Mar 06th 2012 | Day 1
Singapore - Fivestone Hostel

Kali ini kita nginep di Fivestones Hostel di daerah Clarke Quay, 300 meter dari MRT CQ, harganya mahal sih menurut saya, untuk sekelas hostel, tapi so-so lah mengingat standar harga hostel di Sg emang segituan dan lokasinya juga lumayan strategis. Karena ini hostel baru, jadi masih kinclong, kamar mandi bersih, tapi sayangnya, gak disemua lantai ada kamar mandi buat masing masing gender. Kalo cewek kamar mandi-nya di lantai 3, kalo cowok di lantai 2. Jadi ribet aja gitu kalo kamarnya di lantai 2 mau mandi pake naik tangga/lift segala. Kamarnya bersih, interior unik, Resepsionis-nya baik dan helpful, teh-kopi-dan cemilan cemilan selalu tersedia di dapur, dan kita gak perlu nyuci piring atau gelas sendiri.


Mar 07th 2012 | Day 2
IKEA Alexandra Road - Orchard Rd - Merlion - Marina Water Show - Clarke Quay

Hari ini jadwalnya ke IKEA. Ngapain? Iseng aja liat-liat. Lumayan gampang juga transportasi dari hostel, naik bus sekali, agak jauh perjalanannya, tapi langsung nyampe di dekat IKEA. Yaaa gitu deh, pernah ke Informa? Plek - ketiplek deh tuh sama Informa cuma beda judul doang. Sengaja ke IKEA di Alexandra Rd biar bisa mampir ke Anchor Point yang letaknya persis di sebrang IKEA. Di mall ini ada Charles&Keith FO, harganya lumayan miring. Yang cewek-cewek pasti suka deh..disini tas harganya cuma Rp.300.000-an, sepatu-sepatu juga ada yang harganya Rp. 150.000-an.

IKEA



Dari Anchor Point kita menuju ke Orchard naik bus disambung MRT, buat makan siang dan ngemil es krim SGD 2 yang sedap itu. Lalu, sesorean ngabisin waktu di Merlion yang akhirnya nyebrang dari dermaga Merlion ke Marina Bay, cuma bayar SGD 6 per orang. Dan sampailah kita persis di teras Marina Bay Sands Skypark.
Duduk-duduk disitu sambil nungguin jam 8 buat nonton Water Show. Water Show ini adalah gabungan dari permainan laser, air mancur, api, serta efek gelembung-gelembung balon dan latar citylight Singapur yang sempurna! Cantik! Brilian banget yang punya ide buat beginian.

Water Show Marina Bay Sands
  

 

Dan hari ini ditutup dengan dinner di Verve Pizza - Clarke Quay! Harganya jadi berasa murah karena bisa patungan bayar rame-rame. Hehehe..
Malemnya, si Uwi dan adeknya, Ucok baru dateng dari Jakarta buat join ke Phuket. Agak heboh juga pas nungguin si Uwi, karena nih bocah gak bisa dihubungin sama sekali, sedangkan dia gak tau dimana alamat persis hostelnya. Sampe hampir tengah malem baru deh nongol dari kejauhan, ternyata dia ngaso dulu di CQ.

Verve Pizza




Mar 08th 2012 | Day 3
Phuket - Patong Beach - Karon Beach - Bangla Road

Dari Sg ke Phuket untungnya gak ada kejadian macem-macem yang menghambat perjalanan. Semua tiket jam-nya sama, dan gak pake adegan telat telatan. Thk God!

Di Phuket ini nginep di sekitar Patong area. Nama hotelnya The Gallery. Hotelnya sendiri sih bagus dan tipe tipe minimalis gitu. Kita booked 2 kamar, 1 untuk kamar cowok, 1 lagi untuk kamar cewek. Si Tissa sama Yones yang udah terlanjur booked hotel sendiri di daerah Nanai Road jadinya gak barengan di The Gallery. Ukuran kamarnya besar dan nyaman, bersih ya jelaslah, harganya sekitar 300.000-an untuk 1 kamar. Biasa deh, check in-nya pake jurus andalan, yang masuk ke kamar 4 orang (karena booked 2 kamar), 2 orang sisanya suruh tunggu di luar. Hehehe.. Anyway, di depan The Gallery ini ada restoran namanya Orange Restaurant. Wah! highly recommended nih restoran, makannnya enak-enak. Saya pesen sate ayam, enak banget! Dagingnya lembut, bumbunya pas! Makanan yang di pesan temen-temen yang lain juga enak-enak.

The Gallery

 


Seberesnya makan siang yang hampir sore itu, kita langsung buru-buru sewa motor yang untungnya tempat sewanya masih 1 gang dengan The Gallery. Jadi gak perlu repot nyari-nyari lagi. Harga sewa 1 motornya 200 Baht. Kita sewa 3 motor, untuk saya dan NJ, Monte dan Konyol, Uwi dan Ucok. Setelah urusan transaksi sewa menyewa selesai, baru deh kita keliling Patong dan nyari spot ketemuan sama Tissa Yones.

Patong


 


Patong ini mirip Bali cuman jalanannya lebih besar. Kiri kanan jalan isinya kalo ga nawarin tour, pembuatan Tattoo, massage, restaurant, cafe, dan aneka macam hiburan lainnya. Typical Bali dan Pattaya. Pantai Patong sendiri kurang lebih sama kayak Kuta, gak bagus banget dan gak jelek juga, biasa aja. Pas dihubungin, si Tissa dan Yones ternyata lagi sibuk cari kacamata karena kacamata Yones patah di Sg. Akhirnya rombongan saya memutuskan untuk kebut ke Pantai Karon, Kata atau sekalian ke Promtep Cape buat nyanset (baca: liat sunset). Walaupun sebenernya agak gak mungkin sih karena waktu kita berangkat ke Karon aja waktu udah menunjukkan pukul 5.30 sore. Perjalanan dari Patong ke Karon sekitar 30 menit naik motor dengan jalanan naik turun berlika liku. Jadi pas banget sampe Karon pas sebentar lagi sunset, dan kita pun memutuskan untuk nyanset di Karon saja, tidak melanjutkan ke Kata, apalagi Promtep Cape. Sedih sih, karena gak semuanya di ittinerarry keturutan :( . Di Karon foto - foto sebentar, eh gerimis aja lho..langsung deh tancap gas balik ke Patong, dan di tengah jalan hujan makin menggelegar, kita minggir di mini market terdekat untuk nyari jas hujan plastik yang ternyata sudah habis laris manis. Walhasil, ngemper deh tuh di depan mini market antah berantah nunggu hujan lumayan reda. Setelah itu perjalanan di lanjutkan lagi ke pasar depan pantai Patong buat hunting beberapa barang. Karena hujan terus, jadi kita disini beli jas hujan plastik warna warni dengan harga 50 Baht per piece.

Karon Beach
  

 
 
                        

Setelah mandi dan bersih-bersih di hotel, malamnya kita keluar lagi untuk makan malam. Uwi dan Ucok misah karena mau nonton Simon Cabaret. Sementara saya, Monte, NJ, dan  Konyol yang udah pernah nonton banci show di Pattaya, jadi yang Simon Cabaret ini kita skip. Sambil nunggu Uwi Ucok dan Tissa Yones, kita memutuskan untuk berburu Thai Seafood di Patong. Berkat rekomendasi dari resepsionis hotel, kita akhirnya ke Savooy Seafood restaurant di depan Patong beach. Komentar saya, restaurant ini udah mahal, pelayanan lama, dan dari 5 menu yang dipesan, cuma 1 yang enak! Bayangin aja, makan ber-4 masa habis 6000 Baht??? Kalau 6000 Baht enak wasainak sih gapapa ya, saya ikhlas.. lha ini?? Mengahncurkan reputasi makanan Thailand aja!

Savooy Seafood


Begitu pasukan sudah lengkap, dari Savooy kita berniat untuk cari tempat untuk nongkrong-nongkrong cantik, tadinya mau langsung ke Hard Rock, tapi akhirnya belok ke Bangla Road untuk liat-liat isinya, kali aja nemu tempat yang cocok. Bangla Road ini kalo di Phuket semacam Walking Street di Pattaya. Kanan kiri penuh sama bar-bar agogo yang jedang jedung. Dan banyak banget banci mangkal di pinggir-pinggir jalan. Berhubung waktu itu hujan dan gak nemu tempat yang pantes, jadinya kita jalan kaki ke Hard Rock. Saya lupa persisnya karena apa, tapi waktu itu akhirnya kita gak jadi ke Hard Rock dan end up di kafe kecil  yang letaknya nyempil di belakang Bangla.

Hoogarden
 



Mar 09th 2012 | Day 4
Phi-Phi Island - Viewpoint 1 - Viewpoint 2 - Thai Boxing

Saya beli tiket kapal Patong - PhiPhi round trip di Ms Ladda. Referensi yang lagi-lagi saya kenal dari Kaskus. Nah tadinya, saya mau pakai jasa dia untuk beberapa tour kayak James Bond, PhiPhi tour dan mau sewa elf-nya untuk antar jemput kita di bandara dan keliling pantai-pantai di Phuket. Tapi karena waktu gak memungkinkan untuk ikutan James Bond Tour (Padahal menurut survey, tour ini wajib lho kalau ke Phuket), lalu kebetulan Ms Ladda sedang keluar kota waktu saya datang, jadi dia tidak bisa sewakan elf-nya. Dan setelah ditimbang-timbang ternyata saya akan lebih untung kalau island hopping pakai long tail boat yang berangkat dari PhiPhi, ketimbang ikutan tour yang dari Phuket. Akhirnya saya cuma beli tiket kapal round trip aja dari Phuket-PhiPhi-Phuket di Ms Ladda seharga 500 Baht round trip per-orang sudah termasuk transfer dari hotel ke pelabuhan.

Oh ya saya mau share kenapa lebih pilih private tour pakai long tail boat dari PhiPhi ketimbang pakai PhiPhi Tour yang langsung dari Phuket. Alasannya :
Kalau pakai PhiPhi Tour yang dari Phuket, kita akan island hopping dengan turis-turis sekapal penuh. Dan teman-teman kita gak cuman 1 kapal yang kita naikkin doang, tapi juga dari kapal-kapal lain yang dijadwalkan sama urutan pulau ke pulaunya. Menurut saya ini gak efektif. Karena pasti kita akan diburu-buru waktu dan view yang didapat gak maksimal. Namanya island hopping, kalau sepulau yang kecil itu penuh sama manusia mah mana asik. Di foto juga pasti gak cakep :D

Pagi-pagi saya sama NJ udah keluyuran cari sarapan di pinggir Patong Beach, saya sarapan Tom Yam, dan NJ sarapan Ayam Pandan. Sayang rasanya kurang gigit alias biasa aja. Mana nih cita rasa Thailand yang saya kenal?? Masak cuma Orange Restaurant yang bisa mewakili? Kecewa.
Puas leha leha di pinggir pantai, kita mampir sebentar di pasar terdekat untuk cari kain pantai, topi dan ehm, bikini! Hihihi..Iseng aja sih, buat dipake jadi daleman di PhiPhi. :p Semua belanjaan tentunya ditawar dengan harga sadis, mengingat ini pasar dan kawasan wisata, jadi tawar menawar itu ya wajib! Eh tapi ya, ada khasiatnya juga lho belanja pagi-pagi, karena rata-rata pedagang bisa banget ditawar sadis untuk dijadiin penglaris. Soalnya waktu saya belanja, mereka nepuk-nepukin barang dagangannya pakai uang yang saya bayar. Ternyata 11-12 ya sama Indonesia. Hahaha..

Sekitar jam 11 siang, udah ada elf nangkring di depan hotel untuk nganter kita ke pelabuhan, karena kita ikut jadwal kapal yang jam 1 siang. Yeay! PhiPhi here we come! Perjalanan dari Patong ke pelabuhan sekitar 45 menit, cukup lama untuk buat saya tidak sadarkan diri karena ngantuk. Nah selama di perjalanan itu, sebelum tertidur, saya bbm-an sama Ms Ladda. Gak inget deh sebelum saya tidur itu apa si item (nickname henpon saya) saya taro di pangkuan saya, atau saya taro di tas. Sesampainya si pelabuhan, saya dibangunin dan buru-buru ambil semua tentengan-tentengan saya yang ditaruh di bawah, keluar mobil, ambil koper di bagasi, registrasi tiket kapal, lalu naik kapal. Waktu itu kapal masih sepi, baru ada beberapa orang. Dan gak lama setelah saya duduk, saya cari-cari si item ternyata udah gak ada. Monte, NJ, Uwi heboh meriksain tas masing-masing kali-kali kebawa mereka gak sengaja, dan ternyata gak nemu. Akhirnya saya inisiatif keluar kapal, berharap masih ketemu sama elf yang tadi nganter, karena saya yakin banget terakhir saya keluarin si item ya di dalem elf itu. Monte nyusul di belakang saya. Ternyat elf yang tadi kita naikkin masih di parkir manis di parkiran. Yakin itu elf yang benar karena ada barang bukti botol aqua kosong yang tadi kita sempet oper-operan minum di perjalanan. Tapi drivernya hilang entah kemana. Saya intip ke dalam, gak ada penampakan si item sama sekali. Saya coba buka pintunya, dikunci. Iseng saya coba buka pintu depan samping supir, ternyata bisa dibuka! Saya masuk bak maling mobil, lompat ke jok belakang, nunduk sana sini nyari si item, hasilnya nihil. Sepertinya si item positif hilang :(( Kebetulan di jok depan ada no telp di kertas laminatingan yang cukup besar, yang kemudian saya catat, siapa tau itu no telp driver elf-nya. Monte dan sayajuga sempat muter muter sekitar pelabuhan, tapi si driver gak keliatan juga. Akhirnya saya memutuskan untuk balik ke kapal dan berharap sama no telp yang saya catat tadi. Begitu di telp, sepertinya bukan si driver yang nganter kita tadi, karena suaranya lebih tua, dan dia teriak-teriak bilang dia sedang dijalan antar tamu. Gak patah arang, saya browsing lewat BB Uwi, cari no telp Ms Ladda, berharap dia bisa bantu untuk tanyakan ke driver elf-nya. Tapi mungkin memang sudah waktunya si item pergi, karena Ms Ladda pun dengan sangat menyesal tidak bisa membantu. Tour di Phuket ini sepertinya memang sudah integrated, setiap order yang masuk dari segala tour, akan masuk di provider kapal yang sama yang menyediakan jadwal elf. Jadi agak sulit untuk melacak driver mana yang antar tamu-tamu. Anyway, thanks for those 2,5 years, baby. Mommy loves you. RIP Item. :(

Kurang lebih setelah 2 jam berlayar, yang saya habiskan dengan tidur terlelap itu, akhirnya sampailah di PhiPhi Island! Turis-turis berhamburan keluar dari kapal dan jalan kaki menuju hotel masing - masing. Di dermaga sebelum masuk ke PhiPhi setiap orang dikenakan iuran sebesar 20 Baht. Di PhiPhi saya dan rombongan menginap di Ivory Guesthouse. Pada dasarnya, Phiphi ini pulau yang gak besar-besar amat, jadi kemana-mana ya bisa jalan kaki dan bahkan memang harus jalan kaki. Satu-satunya kendaraan yang pernah saya temui cuma sepeda. Jadi dari pelabuhan ke hotel, gak perlu repot bingung nyari hotel, tinggal geret-geret koper trus tanya aja sama orang lokal nama hotel kita letaknya dimana, pasti rata-rata orang lokal tau kok. Tapi kalau mau aman sih ya udah pegang peta PhiPhi dari awal.

PhiPhi Island


Ivory Guesthouse letaknya ditengah-tengah antara Pantai Ton Sai dan Loh Dalum, gak ditengah keramaian kafe, tapi kiri kanan banyak mini market, depannya persis ada yang jual aneka jajanan yang sorry, menurut saya kurang menarik, jadi saya gak pernah minat untuk beli. Di Ivory kita pesan 3 kamar. 2 kamar isi 3 orang, dan 1 kamar isi 2 orang, yup, masih dengan strategi yang sama. Waktu check in, 6 orang ikutan masuk, sedang 2 orang sisanya tunggu di luar. Hehehe.. Oh ya, menurut saya Ivory cukup oke, bersih, tapi kamarnya tidak sebesar dan secantik seperti yang terlihat di foto-foto Agoda lho ya.

Ivory Guest House




Urusan check in beres, kita belanja air minum dulu di mini market sebelah buat bekal naik ke viewpoint. #tips sebaiknya di pas-in waktunya biar dapet sunset pas di viewpoint 2. Paling lambat berangkat dari bawah atau dari hotel itu jam 16.30 dan jangan lupa masing-masing orang bawa air minum. Karena dijamin anda-anda sekalian akan butuh asupan air selama nanjak ke viewpoint. Di tiap viewpoint sebenernya ada warung jual minuman, tapi denger-denger harganya mahal. Jadi lebih irit kalo bawa dari bawah.

Saya sendiri cukup ngos-ngosan waktu naik ke viewpoint 1, tangganya masih terjal banget jadi butuh tenaga ekstra dan serapan air minum yang banyak ke tubuh. Kurang lebih sekitar setengah jam kali ya, dari Ivory untuk sampe ke viewpoint 1. Begitu sampai di viewpoint 1, duduk dulu sebentar, ngambil nafas sebanyak-banyaknya sambil lap keringet dan rapihin rambut, baru deh agenda mengabadikan momen dijalankan.

Viewpoint 1



Gak cuma parkir disitu, karena sehabis viewpoint 1, masih ada ratusan tangga lagi menuju viewpoint 2. Katanya viewpoint 2 ini memang lebih pointing dibanding yang pertama, dan bahkan dibanding yang ke-3. Well, no pain no gain! Demi ngejar sunset di Viewpoint 2, agenda mengabadikan momen-nya harus seefisien mungkin. Tapi ya, setelah dijalanin, ternyata perjalanan ke Viewpoint 2 gak terlalu menguras seperti yang pertama. Susunan tangganya lebih landai dan cuma dibutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai di viewpoint 2 dari viewpoint 1. Sebenernya view yang dilihat dari viewpoint 1 ataupun 2 itu sama aja, tapi memang lebih bagus yang ke 2 karena dilihat dari tempat yang lebih tinggi. Waktu kita sampai di viewpoint 2, udah ramai orang-orang yang nungguin moment sunset juga. Kalau gak salah, jadwal sunset disana sekitar jam 18.30 dan untungnya kita sampai setengah jam sebelum sunset jadi bisa dapet foto foto waktu langit masih terang dengan semburat kemerahan yang cantik. Cuma sayang aja lautnya pas lagi surut banget, jadi kombinasi view laut dan langitnya kurang sempurna.

Viewpoint 2






Begitu langit menggelap, kita pun bergegas turun dari viewpoint. Mencari tempat makan terdekat karena pasukan lapar berat gara-gara tadi gak sempat makan siang. Hihihi..begini deh kalau ngejar ittinerarry, urusan perut bisa jadi nomer sekian. Kita parkir di restoran gak jauh dari kaki bukit viewpoint. Sembari menunggu makanan datang, saya dan NJ jalan-jalan ke tour-tour sekitar restoran untuk beli private tour dengan long tail boat. Dari 3 tour agent yang didatangi, tour agent pertama ngasih harga 4500 Baht. Tour agent ke-2 ngasih harga 3500 Baht. Dan tour agent ke-3 ngasih harga 3000 Baht! Tentunya kita pilih tour yang ke 3 dong, 3000 Baht untuk one day tour ke Monkey Island, Viking Cave, Pileh Bay, Loh Samah Bay, Maya Bay, Mosquito Island, Bamboo Island, dan Shark Point. Kalo dibagi 8, berarti per-orang kena cuma 375 Baht udah termasuk lunch dan sewa peralatan snorkling. Aheeyy!

Rencananya malam ini kita mau nongkrong di Reggae Bar sambil nonton Thai Boxing gratisan. Rencana ini nyaris gak jadi karena waktu itu hujan deras, dan beberapa pasukan sudah tewas tertidur karena kecapekan. Tapi akhirnya, malem sekitar jam 11-an, begitu hujan reda, kita maksain untuk tetep ke Reggae Bar ngajak sisa pasukan yang masih melek. Jadilah saya, NJ, Uwi, dan Konyol berempat-empatan nongkrong-nongkrong ganteng di Reggae Bar. Di Reggae Bar ini setiap malam ada pertandingan Thai Boxing. Gak tau juga sih, sebenernya orang-orang yang tanding ini beneran atau enggak pukul-pukulannya, tapi kayaknya sih beneran. Nah, sehabis mereka tanding, para pemainnya akan turun dari ring untuk menghampiri dan bersalaman dengan para penonton dengan maksud untuk mengumpulkan sumbangan seikhlasnya atas pertandingan yang tadi mereka jalanin. Penonton gak harus ngasih duit juga, seikhlasnya aja. Kalo mau ngasih ya ngasih, kalo enggak ya gapapa. Dan biasanya, sambil para pemain istirahat, disini akan digelar sukarelawan-sukarelawan dari penonton yang mau nyoba Thai Boxing. Nanti lawannya dari penonton lain juga. Ternyata banyak lho yang mau jadi sukarelawan gitu. Maklum, namanya juga sukarelawan jadi gaya boxing-nya ya asal-asalan. Menghibur banget menurut saya, walaupun agak ngilu-ngilu juga liat orang tonjok-tonjokan live gitu. New experience!

Thai Boxing

 


 


Sekitar jam 2 pagi kita cabut buat balik ke hotel. Pas banget sampe depan hotel, pas banget si Monte dan Ucok keluar hotel baru mau nyusul ke Reggae Bar. Akhirnya mereka gak mau ketinggalan keukeuh berdua-duaan ke Reggae Bar. Lagian sih, pake tepar segala :))


Mar 10th 2012 | Day 5
Monkey Island - Viking Cave - Pileh Bay - Loh Samah Bay - Maya Bay - Mosquito Island - Bamboo Island - Shark Point - Fireshow

Di Ivory Guesthouse ini kita dapet jatah sarapan, tapi anehnya, tempat sarapannya jauh banget dari hotelnya. Pagi-pagi saya, Monte, NJ dan Konyol muter muter nyari tempat sarapannya. Kita dibekalin peta gitu sama orang hotelnya, tapi saking terpencilnya nih tempat sarapan jadi hampir sejam baru ketemu. Udah gitu, kirain sarapannya apa gitu ya, taunya cuma dapet teh atau kopi dengan roti. Hyaaa...tau gitu beli aja di mini market.

Jam 8 kita diminta stand by di tempat tour agent yang kemarin udah deal. Baru deh rombongan di giring ke long tail boat private kita. Sebenernya saya agak lupa urutan kunjunganya kemana-mana aja. Yang saya inget, spot snorkling pertama, bawah laut nya biasa aja, gak gitu bagus. Spot snorkling ke dua - Shark Point, lumayan, tapi coralnya mati semua. Kirain bakalan ketemu hiu gitu ya, mengingat namanya Shark Point, eh gak taunya enggak. Hiu-hiunya katanya cuma ada pas pagi hari, itu pun gak selalu ada. Agak kecewa sih, karena saya ngarepnya bakalan ketemu hiu beneran disini, biar berkesan gitu. Spot snorkling ke tiga, sama juga biasanya. Spot snorkling ke empat, lumayan, tapi tetep tergolong biasa.

Long Tail Boat


First Snorkling Spot

 
 


Kalau untuk pulau-pulaunya, Monkey Beach bagus sih tapi biasa aja, uniknya karena banyak monyet-monyet di pohon-pohon pinggir pantai. Katanya sih monyet-monyet ini nakal, jadi hati-hati aja kalau kesana jangan terlalu dekat. Viking Cave itu gua di tebing yang tinggi sekali, gak begitu istimewa sih menurut saya. Dan Ali (boat boy yang jadi guide kita) juga gak jelasin banyak soal Viking Cave ini. Yang paling bagus diantara tempat-tempat yang saya kunjungi itu adalah Bamboo Island. Cantik! Pasirnya putih, airnya hijau bening, dan kita lunch di sini. Meskipun lunch-nya sederhana banget, sejenis nasi goreng gitu, tapi karena pemandangannya cakep jadi tuh makanan jadi gak berasa hambar-hambar banget.

Monkey Beach
 
 
 


 Viking Cave






 


Bamboo Island


 



Kalau soal the famous Maya Bay (itu lho, tempat Leonardo DiCaprio lari-lari dan berenang di film The Beach), menurut saya pantainya gak secantik di Bamboo Island. Memang agak unik, karena selagi kita berleha leha di pantai, viewnya adalah tebing-tebing menjulang tinggi di tengah laut yang tidak jauh dari pantai. Dan di Maya Bay ini kita bisa jalan masuk ke dalam pulau yang tembus-tembusnya di Loh Samah Bay. Di dalam pulau ini ada fasilitas tenda dan perlengkapannya bagi tamu-tamu yang mau berkemah dan bermalam. Kalau saya punya 1 malam lebih di PhiPhi saya pasti mau nyobain kemah di Maya Bay. Soalnya di dalam pulau kecil ini ada toilet dan ada warung juga kok. Jadi gak perlu takut ribet kalau mau buang air.

Maya Bay



 

Island hopping kali ini ditutup dengan menikmati sunset ditengah laut. Karena kita udah kecapekan seharian berenang sana sini dan mampir pulau ke pulau, jadi pas sunset ini gak begitu nikmatin banget. Yang ada malah pada teler dan pengen cepet-cepet balik ke hotel.

Sunset at the Sea

Agenda malam terakhir kita di PhiPhi adalah nonton beach fireshow di pantai Loh Dalum. Di pinggiran pantai Loh Dalum ini ada banyak sekali kafe-kafe atau bar-bar menghadap ke pantai yang menggelar berbagai macam performance, dari fireshow hingga rave party. Yang dimaksud fireshow ini adalah performance dimana beberapa orang memainkan atraksi-atraksi dengan tongkat atau grendel-grendel yang berapi. Kenapa pilih nonton fireshow ketimbang nontonin bule-bule mabok di rave party? Karena belom pernah! Yes, and again that was my very first time watching fireshow on the beach.

PhiPhi Fireshow


 

Mar 11th 2012 | Day 6
Ton Sai Beach - Thai Massage - Phuket

Sarapan hari ini kita gak lagi mau makan jatah hotel yang nun jauh itu, tapi lebih milih cari tempat asoy pinggir pantai Ton Sai. Meskipun makanannya biasa, tapi seenggaknya lumayanlah bisa nikmatin view-nya. Sambil nunggu jadwal kapal untuk kembali ke Phuket, saya, NJ, Monte, dan Konyol sempet-sempetin ber-Thai Massage dulu. Sedangkan Uwi Ucok Tissa Yones lebih milih muter muter pasar buat cari oleh-oleh.

Ton Sai Beach


Kita naik kapal yang berangkat jam 2 siang, dan langsung pesan elf juga untuk langsung diantar ke bandara dari pelabuhan. Karena tujuannya ke bandara, kena tambahan charge 150 Baht per-orang. Lagi-lagi 2 jam perjalanan laut kembali ke Phuket saya habiskan dengan tidur. Hihihi..capek boo!

Pesawat kita dijadwalkan jam 9 malam, jam 6 sore menjelang check in, kita tukar semua Baht yang tersisa di money changer atau dihabiskan sekalian untuk beli oleh-oleh. Ehh, ternyata, begitu check in, baru tau kalau flight kita delay 6 jam! Mati gak lo! Ini rekor dalam hidup saya kena delay selama itu. Tau gitu kan dari awal kita bisa switch agenda main-main dulu di Patong. Lha ini, mana duit Baht udah gak punya, terdamparlah kita di ruang tunggu bandara. Dapet compliment sih, air putih sama sandwich, sampe 2x pulak! Hyaaa...capek deh! Udah tau penumpang-penumpangnya orang Indonesia, mbok ya complimentnya nasi gitu ya?? 6 jam loh! Mana itu ruang tunggu dingin banget, berbagai kegiatan kita lancarkan biar gak mati gaya, dari gosip, main kartu, sampe akhirnya tidur berserakan di lantai. Sampai akhirnya, jam 3.30 dini hari panggilan itu datang, horeee kita pulanggg!!

Delay at Phuket Intl Airport


 


Moral of the story : Negeri kita jauh lebih indah dan bawah laut kita lebih berwarna ketimbang Phuket yang termahsyur ini, teman-teman!